Ad

Memo Timur Lumajang
Friday, 26 December 2014

Jembatan Rusak Dijadikan Ajang Pungli

Posted by on Friday, 26 December 2014



Lumajang, Memo
Meski perbaikan jembatan rusak usai dilakukan, namun banyak anak muda yang melakukan pengaturan di atas jembatan Sungai Mujur Desa Lempeni, Kecamatan Tempeh.  Dalam seharinya, ada 5 sampai 10 anak muda yang mengatur arus lalu lintas pada bibir kanan kiri pintu jembatan sambil meminta imbalan. Tak pelak, banyak para pengemudi yang melintas diatas jembatan itu mengeluh.
Diketahui, salah satu jembatan penghubung antar kecamatan  Tempeh dengan Pasirian atau  antar Kabupaten Malang dengan Kabupaten Lumajang, yang ada di atas sungai mujur mengalami kerusakan pada salah satu sisinya. Sehingga, pihak dari PU Propinsi Jawa Timur melakukan perbaikan hingga memakan waktu berminggu-minggu.
Agar tidak terjadi kemacetan yang memanjang, para kendaraan yang melintas harus bersabar sambil menunggu laju kendaraan yang datang dari arah berlawanan dengan menggunakan sisi jembatan yang ada. Terutama kendaraan besar pengangkut pasir, mereka harus melintas satu persatu.
Hal itu dimaksudkan, untuk mengurangi beban ketika melintas diatas jembatan tersebut. Ironisnya, meski jembatan tersebut usai diperbaiki beberapa hari yang lalu, sekelompok anak muda masih melakukan pengaturan pada bibir pintu masuk jembatan. Para kendaraan yang melintas, akan dimintai imbalan oleh sekelompok anak-anak muda tersebut.
“Untuk satu kali melintas, kami selalu membayar seribu rupiah,” terang pengemudi truk pasir yang enggan dikorankan namanya. Bahkan menurutnya, tak jarang dari mereka minta imbalan lebih. Karena jembatan itu adalah jalur penghubung satu-saatunya, maka ia dan teman-teman seprofesinya tidak bisa berbuat banyak.
Ungkapan yang sama, juga disampaikan oleh Mulyadi (46), pengemudi truk pasir yang melayani warga saat membangun rumah. Untuk mengambil pasir, terpaksa ia harus bolak-balik melintas pada jembatan tersebut. Dengan adanya jasa pengatur lalu lintas pada jembatan tersebut, secara tidak langsung mengurangi penghasilannya. “Dalam sehari, minimal saya harus keluarkan uang cuma-Cuma sebesar sepuluh ribu Mas,” imbuhnya.
Agar hal itu tidak berkelanjutan, ia meminta agar pihak berwajib mengambil langkah tegas. Sehinga, jembatan itu tidak dijadikan ajang tempat untuk meminta-minta.”Saya berharap polisi bisa sedera membubarkan aktivitas mereka,” pungkasnya. (tri)

comments

0 Komentar:

Contact Form

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 Muachrus All Rights Reserved.
back to top