Ad

Memo Timur Lumajang
Thursday, 20 November 2014

Tolak Kenaikan BBM

Posted by on Thursday, 20 November 2014



Dipukul Petugas, Pendemo Jebol Pintu Pagar DPRD

Lumajang, Memo
Tak kurang dari seratus pengunjuk rasa yang mengatasnamakan, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Lumajang. Pada rabu (19/11) berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Kabupaten Lumajang yang beralamat di Jalan Wonorejo, Kecamatan Kedungjajang.
Sambil membawa sepanduk bertuliskan penolakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), ratusan pendemo itu mengedarai sepeda motor berangkat dari Perum Biting Sukodono sekira pukul 09.30 Wib. menuju Kantor DRRD Kabupaten Lumajang. Sesampai di depan gedung dewan, para pendemo disambut oleh anggota polisi gabungan dari Polsek Kedungjajang bersama anggota Polres Lumajang dan Sapol PP Pemkab. Lumajang.
Sambil memanjat tembok papan nama yang ada di depan gedung, salah satu dari mereka berorasi sambil menggunakan pengeras suara (Toa). Dalam orasinya, mereka kecewa dengan anggota dewan yang tidak pro rakyat karena mendukung Pemerintahan Jokowi yang dianggapnya memberatkan rakyat.
“Kami sangat kecewa dengan DPRD Lumajang yang menduku
ng kenaikan BBM. Bagaimanapun, kenaikan BBM itu sangat berdam,pak kepada masyarakat kecil termasuk kami,” terang Muhamad Hariyadi selaku Ketua Koordinator dari unjuk rasa siang itu. Menurutnya,kebiijakan ini sangatlah betentangan janji-janji politik Jokowi saat berkampanye.
Padahal dalam kampanye politiknya, Jokowi ingin mengangkat kesejahteraan rakyat kecil. Namun kebijakan tersebut justru malah memberatkan rakyat kecil. Karena kenyatanya, pengguna BBM bersubsidi adalah kalangan menengah ke bawah. Kenaikan BBM ini justru akan berdampak kepada masyarakat.
“Terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah mereka belum siap dengan kenaikan BBM itu,” jelasnya. Selain itu, PMII menolak dan memprotes kenaikan BBM yang tidak memenuhi 3 unsur. Diantaranya, Hraga minyak menytah masih di bawah asumsi APBN, Lifting minyak masih dalam kisaran asumsi APBN, harga kurs rupiah terhadap dolar masih dalam batas asumsi APBN.
Sayangnya, para pengunjuk rasa tersebut tidak ditemui oleh anggota DPRD Kabupaten Lumajang. Hanya ada dua perwakilan dari Sekwan yang keluar gedung kemudian menyampaikan jika para angggota dewan Lumajang sedang melakukan rapat di Kota Malang. “Saya minta maaf, saat ini seluruh anggota dewan sedang rapat di Malang. Untuk itu, sekali lagi kami minta maaf karena tidak bisa melayani saudara-saudara,”  jelasnya sambil berdiri di dalam pagar.
Sebagai bentuk kekecewaan dan kekesalannya, apara pendemo berusaha meringsek masuk dengan cara mendobrak pintu pagar yang terbuat dari besi. Tak pelak, aksi dorong-mendorong anatara pengunjuk rasa dengan petugas tak terhindari. Bahkan saat itu, sempat terjadi aksi pemukulan yang dilakukan oleh petugas yang di dalam pagar dengan pengunjuk rasa yang akan memanjat pagar.
Mengetahui temannya dipukul, ratusan mahasiswa tersebut semakin bringas dengan mendorong pintu pagar tersebut dengan kuat. Dengan hitungan menit saja, akhirnya pintu pagar besi yang ada di depan gedung dewan tersebut roboh. “Kami bukan maling, tolong jangan main pukul,” teriak salah satu pengunjuk rasa sambil naik pagar besi yang roboh.
Setelah polisi berhasil menegosiasi dengan ketua koordinator, akhirnya para pengunjuka rasa tersebut membubarkan diri dengan mengendarai sepeda motornya masing-masing. Namun dalam perjalanan pulang, mereka masih sempat membuat aksi dengan memblokade jalan.
 Agar kemacetan tidak berlarut-larut, petugas dari kepolisian akhirnya membubarkan mereka lalu menggiringnya pulang ke Perum Biting. Diduga tidak puas karena aksinya gagal menemui anggota dewan,  para pendemo it terus meneriakan yel-yel jika dewan tidak mendukung rakyat. “Kami kecewa dengan anggota dewan di Lumajang yang tidak mendukung rakyat kecil,” ucapnya sambil terus berjalan menuju makonya. (tri)

comments

0 Komentar:

Contact Form

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 Muachrus All Rights Reserved.
back to top