Ad

Memo Timur Lumajang
Tuesday 27 January 2015

Bertuhan tapi Menolak TUHAN

Posted by on Tuesday 27 January 2015

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFpnPUkfJakc5ayU5ivxmtiAqxptUhalxM7xAm442CBp6ex6HAzmSCgVUNcher2zcGChUwASzmeLxgfXYrwWY6-FNdu4dO9ByaPfXAIKUxZE4C7lHHNy-gSi0_rx4A4vXdrcMBwsJenyw/s1600/alam-semesta.jpg
Tulisan saya kali ini lumayan rumit, apalagi bila dilihat dari judulnya yang bertentangan. Namun, saya akan menjelaskan secara singkat, mengapa saya memilih judul tersebut serta penjabarannya.

Ironi, memang selama ini kita "Bertuhan" karena berdasarkan kebiasaan sejak kecil, yang selalu diwariskan dari generasi ke generasi. Alasannya sederhana sekali, yaitu karena dianggap baik oleh orang tua. Maksudnya begini, kita dari kecil diajarkan banyak hal dan sering kali orang tua memilihkan pilihan bagi anaknya yang menurut orang tua itu adalah yang terbaik. Boleh saja berfikiran seperti itu, tapi baik atau tidaknya, semua itu bergantung pada siapa yang menjalani kehidupan tersebut.
"Anak kecil ibarat kertas putih yang kosong, terserah orang tuanya mau mengisi dengan tulisan apa". Kata-kata ini terdengar lumrah bagi kita semua, dan memang hal itu benar. Dewasa ini pendidikan di indonesia mulai mengecam 3 pendidikan, yaitu Afektif, Kognitif dan Psikomotor. Saya jauh lebih tertarik pada ranah Kognitif, dimana yang diajarkan adalah pola fikir tuk memilah dan memilih mana yang baik. Jadi lebih cenderung pada keterampilan otaknya.

Terlepas dari semua hal di atas, entah kita diajarkan seperti itu atau pun tidak, toh semua itu sudah berlalu dan kita sudah semakin tua. Memang kehidupan kita saat kecil dikendalikan oleh orang tua, diatur orang tua, setelah kita dewasa harus punya pilihan dan jalan sendiri sebagai hasil belajar kita.
Tak dapat dipungkiri, Pendidikan agama atau pengenalan akan Tuhan Pencipta semasa kita  kanak-kanak juga penting, tapi bagaimana dengan pengaplikasiannya setelah kita dewasa? sama dengan teori atau kah tidak? mari kita UJI diri kita masing-masing.

Dari sejak dini hingga skarang, kita memang "Bertuhan" bahkan "Beragama", tapi tau kah kita,, seberapa besar kita merasakan peran serta dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita? Seberapa besar kita memberi kesempatan dan kepercayaan kepada Tuhan untuk berperan dalam hidup dan kehidupan kita? Pada kenyataannya, kita sering kali membelakangi Tuhan jika soal kehidupan kita.
Kita "Bertuhan" hanya dalam ibadah saja, di luar itu kita justru menolak Tuhan untuk menunjukkan peranNYA. Kita percaya bahwa Tuhan itu ada dan yang menciptakan segala apa yang dapat dilihat maupun tak dapat dilihat. Apakah cukup dengan 2 hal itu saja kah kita dalam "Bertuhan"??? jelas tidak.

Ini menurut saya,, sekali lagi, ini menurut pribadi saya. Jika kita memang mengakui Tuhan dalam kehidupan kita (bukan sekedar di kehidupan beragama ya) sudah tentu kehidupan yang kita alami sangat luar biasa, apa yang kita harapkan dan kita inginkan dapat dengan mudah terwujud.
Mengapa demikian..? Karena ada peran serta Tuhan dalam kehidupan kita. Bagaimana bisa seperti itu..? Mudah saja, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang senantiasa menyiapkan segala sesuatu dan memenuhi kebutuhan kita, bukan mengambil apa-apa yang dari kita. Tuhan hanya minta penyerahan Jiwa kepada kita. Apa yang dimaksud penyerahan jiwa?
Bukankah manusia itu terdiri dari 3 bagian, yaitu: Roh, Jasad dan Jiwa.
Saya akan menitik beratkan pada bahasan Jiwa saja. Jiwa adalah bagian dari manusia yang bertugas untuk menyelami rasa dan semua bentuk rasa, seperti rasa lapar, sakit, suka duka, damai sejahtera dan sebagainya. Pada dasarnya, jiwa itu lepas dari segala bentuk materi. Akan tetapi, karena perjalanan hidup dan pola fikir kita selama ini, Sehingga jiwa kita dikit demi sedikit mulai terikat oleh materi dunia, seperti terikat oleh kesenangan, uang, jabatan, emosi, dan bentuk lainnya.
Bagaimana saya berani berkata demikian? Jujur saja, anak bayi pun memiliki 3 bagian itu, tapi bayi tidak terikat oleh materi apapun, dan kebutuhan hidupnya terpenuhi bukan! walau pun itu bukan hasil dari si bayi sendiri, melainkan dipenuhi oleh orang sekitarnya.

Lalu, apa hubungannya dengan judul di atas? apa hubungannya bertuhan tapi menolak Tuhan?
Penjelasan singkatnya, kurang lebih seperti ini.
Kita mengakui Tuhan hanya dalam kehidupan keagamaan saja, tetapi dalam kehidupan sebenarnya kita sering tidak sadar menolak keberadaan Tuhan.
Contoh, Kita percaya bahwa Tuhanlah yang menghidupi dan mencukupi kebutuhan kita tapi praktiknya, ketika uang di dalam dompet kita tipis bahkan kurang. Spontanitas, fikiran kita mengambil inisiatif untuk pinjam uang atau melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan akan uang tsb. Padahal Tuhan pasti punya rencana yang jauh lebih baik, tapi kepercayaan kita sudah ditelan oleh berbagai masalah.

Ah, bicara saja memang mudah, tapi bagaimana dengan kenyataannya..?? itulah soal "berTuhan tapi menolak Tuhan", semua itu tergantung pribadi kita, mau percaya pada rencana Tuhan atau tenggelam oleh pemikiran diri sendiri........??

Hidup itu pilihan kawan, semua hanya dapat dikembalikan pada diri pribadi masing-masing, mau tetap mempercayai Tuhan dan tetap BerTuhan atau .............

cttn: semua ini hanya perjalanan dari fikiran saya pribadi, jika baik silahkan ambil dan bila sangat tidak baik, lupakan saja.

comments

0 Komentar:

Contact Form

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 Muachrus All Rights Reserved.
back to top